Blimbing (8/11) – Sabtu pagi, 8 November 2025, halaman SDTQ Al Ihsan tampak hidup. Sejak pukul 08.00 para wali santri SDTQ dan PGTK Al Ihsan berdatangan, mengikuti kegiatan kajian rutin bulanan wali santri yang kali ini menghadirkan KH. Farid Dhofir, Lc., M.Si., pengasuh Pondok Pesantren Refah Islami Gresik, sebagai narasumber. Kajian dimulai pukul 08.30 hingga 10.00 WIB, dengan Ustadz Imam Muslihin, Kepala SDTQ Al Ihsan, bertindak sebagai moderator.
Tema yang diangkat, ``Raport Merah Ayah Bunda: di Antara Kesalahan Pengasuhan yang Kurang Disadari``, menjadi renungan mendalam bagi para orang tua yang hadir. KH. Farid membuka kajiannya dengan menggugah kesadaran bahwa setiap orang tua memiliki raport tersendiri di hadapan Allah dan anak-anaknya. Raport itu bukan berupa angka, melainkan cermin dari cara mereka mendidik, memerlakukan, dan memahami kebutuhan anak-anaknya.
Beliau menyampaikan bahwa banyak kesalahan dalam pola asuh yang tidak disadari, namun justru memberi dampak besar terhadap tumbuh kembang anak. Sering kali orang tua merasa sudah mendidik dengan benar, padahal tanpa sadar mereka menekan, membandingkan, atau memaksa anak untuk menjadi seperti yang mereka inginkan.
Salah satu pesan penting yang beliau tekankan adalah pentingnya memperlakukan anak sesuai dengan fitrahnya. ``Anak laki-laki perlu dididik untuk berani, mandiri, dan bertanggung jawab. Sementara anak perempuan harus diperlakukan dengan kelembutan, agar tumbuh dengan rasa percaya diri dan penuh kasih``, tutur KH. Farid.
Menurut beliau, kesalahan pengasuhan tidak selalu tampak besar, tetapi bisa berawal dari hal-hal kecil seperti ucapan yang merendahkan, kurangnya waktu bersama anak, atau ketidakkonsistenan dalam menegakkan aturan. ``Anak bukan hanya butuh nasehat, tapi juga butuh teladan. Mereka meniru jauh lebih cepat daripada mereka mendengar,`` tambahnya.
Sesi tanya jawab berlangsung hangat. Beberapa wali santri berbagi pengalaman menghadapi anak yang sulit diatur atau mudah terpengaruh lingkungan digital. KH. Farid menanggapi dengan bijak, menekankan pentingnya komunikasi dan kehadiran emosional orang tua. Ia mengingatkan bahwa rumah seharusnya menjadi tempat pertama anak belajar tentang cinta, hormat, dan adab.
Selepas kajian, kegiatan dilanjutkan dengan pembagian rapor STS (Sumatif Tengah Semester) Ganjil bagi santri SDTQ Al Ihsan kelas 1 hingga kelas 6. Wali santri tampak antusias menerima hasil belajar anak-anak mereka. Beberapa memanfaatkan kesempatan ini untuk berdiskusi langsung dengan wali kelas tentang perkembangan akademik dan perilaku putra-putrinya.
Acara berakhir sekitar pukul 10.00 WIB dengan suasana teduh dan penuh rasa syukur. Banyak wali santri yang mengaku mendapat pencerahan dari kajian tersebut, bahwa memperbaiki cara mendidik anak bukan hanya tugas guru, tetapi juga tanggung jawab spiritual ayah dan bunda di rumah.
Kajian rutin ini kembali menegaskan semangat SDTQ Al Ihsan dalam membangun sinergi antara sekolah dan keluarga. Pendidikan yang kokoh, sebagaimana disampaikan KH. Farid Dhofir, hanya akan tumbuh ketika guru dan orang tua berjalan seiring: menanamkan ilmu, membangun adab, dan membentuk karakter anak dengan cinta dan kesadaran.